Bruder Ignatius yang dikenal sederhana selalu membagikan sedekah kepada orang-orang yang lebih miskin daripadanya. Ia menjadi rasul dan pewarta Injil Kristus dengan teladan hidupnya, doa-doa dan laku tapanya. Ia meninggal dunia pada tanggal 11 Mei 1781. Oleh Sri Paus Pius XII (1939-1958), ia dinyatakan ‘Kudus’ pada tahun 1951.
Senin, 21 Mei 2012
Santo Ignatius Peis dari Lakoni, Pengaku Iman
Bruder Ignatius yang dikenal sederhana selalu membagikan sedekah kepada orang-orang yang lebih miskin daripadanya. Ia menjadi rasul dan pewarta Injil Kristus dengan teladan hidupnya, doa-doa dan laku tapanya. Ia meninggal dunia pada tanggal 11 Mei 1781. Oleh Sri Paus Pius XII (1939-1958), ia dinyatakan ‘Kudus’ pada tahun 1951.
Santo Gordianus dan Epimakus, Martir
Gordianus adalah
seorang hakim Romawi pada masa pemerintahan kaisar Yulianus. Murtad
karena imannya, ia dibunuh pada tahun 362 dan dimakamkan di Via Latina,
di kubah Santo Epimakus. Epimakus-yang hidup seratus tahun sebelum
Gordianus-juga karena imannya akan Kristus dibakar hidup-hidup di
Aleksandria, Mesir. Relikiunya dibawa ke Roma. Oleh karena makam kedua
martir itu terletak pada tempat yang sama, maka pesta
Santo Antonius, Uskup dan Pengaku Iman
Antonius lahir di Florence, Italia pada tahun 1389.
Ia bertubuh kecil dan pendek namun berjiwa besar. Ia mempunyai minat
yang besar terhadap hal-hal rohani. Biasanya ia di panggil Antonio
karena kondisi tubuhnya yang kecil dan pendek itu.
Ketika berumur 15 tahun, ia mengajukan permohonan untuk masuk biara Dominikan di Fiesola. Pemimpin biara, Joanes Dominci, mencari-cari alasan untuk menolak permohonan Antonius karena meragukan kondisi tubuhnya. Kepadanya diberikan sebuah buku tebal untuk dipelajari. “Hafalkan dahulu seluruh isi buku ini. Setelah itu barulah engkau diterima di dalam biara ini!” kata pemimpin biara itu.
Suruhan ini terasa berat sekali bahkan mustahil. Tetapi berkat usaha-usahanya yang tekun selama setahun penuh, ia dapat menguasai seluruh isi buku itu. Lalu ia kembali ke biara untuk melaporkan hasil belajarnya. Disana ia diuji oleh sang pemimpin biara. Sang pemimpin terheran-heran karena semua pertanyaan yang diajukan dapat dengan mudah dijawabnya. Menyaksikan kepintarannya, pemimpin biara itu tidak mempunyai jalan lain lagi untuk menolaknya menjadi anggota baru biara Dominikan.
Antonius bergembira karena ia berhasil dalam ujian dan diterima sebagai anggota biara Dominikan. Di dalam biara itu, ia menunjukkan sifat-sifat yang baik: taat, rajin berdoa dan bermatiraga serta senang membantu siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Kepandaian dan cara hidupnya yang baik membuat dia berkembang menjadi seorang biarawan Dominikan yang saleh. Semua orang senang dengan dia karena cara hidupnya yang sungguh mencerminkan ciri khas biara Dominikan.
Kemudian ia diserahi tugas mendirikan biara santo Markus di Florence sekaligus menjadi pemimpinnya. Melihat kesucian hidupnya, kebijaksanaan dan kerendahan hatinya, banyak orang datang meminta bimbingan rohani padanya. Ia dijuluki ‘Sang Penasehat’ oleh rekan-rekannya. Selain dikenal sebagai penasehat ulung, ia juga dikenal sebagai penulis buku-buku keagamaan dan buku sejarah. Dalam konsili di Florence, ia diikutsertakan dalam kedudukan sebagai ahli teologi.
Pada tahun 1446 ia menjadi Uskup Agung di Florence. Dalam tugas kegembalaannya, ia lebih menaruh perhatian kepada pelayanan kaum fakir miskin dan pengemis. Ia membantu siapa saja yang datang kepadanya. Kalaupun ia kehabisan uang, ia akan memberikan apa saja yang dimilikinya: sepatu, pakaian, atau perabot-perabot rumah yang bisa ditukar dengan uang. Keledai miliknya banyak kali dijual kepada para hartawan untuk mendapatkan uang bagi orang-orang miskin yang selalu datang kepadanya. Pada suatu ketika dalam perjalanan ke Roma, ia berjumpa dengan seorang pengemis yang kedinginan. Mantel yang sedang dikenakannya diberikan kepada pengemis itu. Lalu diperbatasan kota, seorang asing yang tidak dikenalnya memberikan sehelai mantel baru kepadanya.
Setelah lama mengabdikan diri kepada Tuhan, Antonius meninggal dunia pada tahun 1459. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berkata: “Mengabdi Tuhan adalah meraja”.
Ketika berumur 15 tahun, ia mengajukan permohonan untuk masuk biara Dominikan di Fiesola. Pemimpin biara, Joanes Dominci, mencari-cari alasan untuk menolak permohonan Antonius karena meragukan kondisi tubuhnya. Kepadanya diberikan sebuah buku tebal untuk dipelajari. “Hafalkan dahulu seluruh isi buku ini. Setelah itu barulah engkau diterima di dalam biara ini!” kata pemimpin biara itu.
Suruhan ini terasa berat sekali bahkan mustahil. Tetapi berkat usaha-usahanya yang tekun selama setahun penuh, ia dapat menguasai seluruh isi buku itu. Lalu ia kembali ke biara untuk melaporkan hasil belajarnya. Disana ia diuji oleh sang pemimpin biara. Sang pemimpin terheran-heran karena semua pertanyaan yang diajukan dapat dengan mudah dijawabnya. Menyaksikan kepintarannya, pemimpin biara itu tidak mempunyai jalan lain lagi untuk menolaknya menjadi anggota baru biara Dominikan.
Antonius bergembira karena ia berhasil dalam ujian dan diterima sebagai anggota biara Dominikan. Di dalam biara itu, ia menunjukkan sifat-sifat yang baik: taat, rajin berdoa dan bermatiraga serta senang membantu siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Kepandaian dan cara hidupnya yang baik membuat dia berkembang menjadi seorang biarawan Dominikan yang saleh. Semua orang senang dengan dia karena cara hidupnya yang sungguh mencerminkan ciri khas biara Dominikan.
Kemudian ia diserahi tugas mendirikan biara santo Markus di Florence sekaligus menjadi pemimpinnya. Melihat kesucian hidupnya, kebijaksanaan dan kerendahan hatinya, banyak orang datang meminta bimbingan rohani padanya. Ia dijuluki ‘Sang Penasehat’ oleh rekan-rekannya. Selain dikenal sebagai penasehat ulung, ia juga dikenal sebagai penulis buku-buku keagamaan dan buku sejarah. Dalam konsili di Florence, ia diikutsertakan dalam kedudukan sebagai ahli teologi.
Pada tahun 1446 ia menjadi Uskup Agung di Florence. Dalam tugas kegembalaannya, ia lebih menaruh perhatian kepada pelayanan kaum fakir miskin dan pengemis. Ia membantu siapa saja yang datang kepadanya. Kalaupun ia kehabisan uang, ia akan memberikan apa saja yang dimilikinya: sepatu, pakaian, atau perabot-perabot rumah yang bisa ditukar dengan uang. Keledai miliknya banyak kali dijual kepada para hartawan untuk mendapatkan uang bagi orang-orang miskin yang selalu datang kepadanya. Pada suatu ketika dalam perjalanan ke Roma, ia berjumpa dengan seorang pengemis yang kedinginan. Mantel yang sedang dikenakannya diberikan kepada pengemis itu. Lalu diperbatasan kota, seorang asing yang tidak dikenalnya memberikan sehelai mantel baru kepadanya.
Setelah lama mengabdikan diri kepada Tuhan, Antonius meninggal dunia pada tahun 1459. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berkata: “Mengabdi Tuhan adalah meraja”.
Santo Sirilus dari Sasarea, Martir
Sirilus lahir di Kapadokia, Asia Kecil pada abad
ke-3 dari sebuah keluarga kafir. Semenjak mudanya ia menjadi Kristen.
Ayahnya yang kafir itu menyiksanya dengan berbagai cara agar dia bisa
murtad kembali. Meskipun demikian ia tetap teguh memeluk imannya. Ia
memang sedih namun bukan karena perlakuan kejam ayahnya melainkan
karena ayah tidak sudi mengerti akan keputusan kehendaknya.
Satu-satunya penguat hatinya adalah kata-kata Kristus ini: “Barang
siapa yang mengasihi ayah dan ibunya lebih dari Aku, tak layak ia
bagiKu”. Perlakuan kasar ayahnya malah semakin menambah semangat
imannya hingga berhasil menarik simpatik banyak temannya. Oleh karena
itu, ia diusir ayahnya dari rumah dan kemudian dihadapkan ke pengadilan
karena imannya. Sedikitpun ia tidak takut ketika diancam oleh hakim.
Karena umurnya , ia
dibebaskan dan diizinkan kembali ke rumah ayahnya untuk meminta maaf.
Tetapi hal ini ditolaknya dengan tegas. Katanya: “Karena imanku, saya
telah diusir dari rumah oleh ayahku. Saya meninggalkan rumah dengan
gembira, sebab aku mempunyai tempat tinggal lain yang lebih mulia yang
sedang menantikan aku.” Sekali lagi hakim mencoba mengubah pikiran anak
muda itu. Sirilus diseret ke sebuah api unggun, seakan-akan hendak di
bakar. Tetapi ia tidak gentar sedikitpun. Sebaliknya, ia memprotes
penundaan hukuman atas dirinya. Hakim merasa gagal mempengaruhi
keputusan anak muda ini menjadi sangat marah dan menyuruh
serdadu-serdadu memenggal kepalanya.
Santo Benediktus II, Paus
Hari kelahiran
Benediktus
tidak diketahui dengan pasti. Namun diketahui bahwa ia adalah warga
kota Roma dan dikenal luas oleh umat sebagai seorang ahli Kitab Suci.
Setelah tabhisan imamatnya, ia melayani Paus Agatho (678-681) dan Paus
Leo II (682-683).
Sepeninggal Paus Leo II, Benediktus terpilih menjadi pengganti pada tahun 683. Namun penobatannya sebagai Paus, baru terlaksana pada tanggal 26 Juni 684 ketika kaisar Konstantinus IV memberi persetujuaan dan restunya. Dalam masa kepemimpinannya, Benediktus berusaha membujuk dan meyakinkan kaisar agar sedikit melunakkan sikapnya dalam memberi restu dan pengesahan bagi para calon Paus. Sedangkan restu imam-imam dan umat seluruhnya dimintai seperlunya.
Kecuali itu, ia dengan keras melancarkan perlawanan terhadap ajaran sesat Monothelithisme, yang mengajarkan bahwa Kristus hanya memiliki satu kemauan dan kehendak, yakni kehendak dan kemauan Ilahi.
Ia dikenal sebagai seorang Paus yang memperhatikan kelestarian gedung-gedung gereja dan menaruh keprihatinan besar kepada kehidupan umatnya teristimewa yang miskin dan melarat. Ia memperbaiki gedung-gedung gereja yang ada di Roma dan giat melakukan karya-karya cinta kasih. Ia meninggal dunia pada tanggal 8 Mei 685 dan dikuburkan di Basilika Santo Petrus di Roma.
Santo Bonifasius, Paus dan Pengaku Iman
Bonifasius lahir di Valeria, Italia. Beliau adalah anak seorang dokter. Pada masa kePausan Gregorius I (590-604) dia ditabhiskan menjadi diakon di Roma.
Pada tanggal 25 Agustus 608, Bonifasius terpilih menjadi Paus dan memimpin gereja hingga kematiannya pada tanggal 8 Mei 615. Selama masa kePausannya, Bonifasius memperoleh izin dari Kaisar Roma, Phocas (602-610) untuk merombak Pantheon, sebuah kuil kafir menjadi gereja untuk kepentingan ibadat gereja. Gereja ini dipersembahkan kepada perlindungan Bunda Maria dan para martir kudus. Untuk itu ia mengambil banyak relikiu para kudus dari katakombe-katakombe dan menempatkan di bawah kaki altar gereja itu.
Pada tanggal 25 Agustus 608, Bonifasius terpilih menjadi Paus dan memimpin gereja hingga kematiannya pada tanggal 8 Mei 615. Selama masa kePausannya, Bonifasius memperoleh izin dari Kaisar Roma, Phocas (602-610) untuk merombak Pantheon, sebuah kuil kafir menjadi gereja untuk kepentingan ibadat gereja. Gereja ini dipersembahkan kepada perlindungan Bunda Maria dan para martir kudus. Untuk itu ia mengambil banyak relikiu para kudus dari katakombe-katakombe dan menempatkan di bawah kaki altar gereja itu.
Beata Rose Venerini, Pengaku Iman
Waktu-waktu luang di rumah diisinya dengan mengumpulkan para pemudi tetangganya untuk berdoa rosario dan merenungkan Kitab Suci. Kesempatan baik ini dimanfaatkan pula untuk memberikan bimbingan dan nasehat yang berguna bagi pemudi-pemudi itu. Melihat kegiatan-kegitan Rose ini dan menyadari bakatnya dalam bidang pendidikan, Ignatius Martinelli, seorang imam Yesuit di Viterbo, menyakinkan dia akan panggilan hidupnya yang sesungguhnya, yakni menjadi pendidik dan pembimbing kaum muda. Panggilan menjadi guru lebih cocok baginya daripada panggilan hidup membiara komtemplatif sebagai seorang biarawati. Nasehat dan peneguhan pastor Ignatius ini mengena di hati Rose. Maka sebagai tindak lanjut, Rose bersama dua orang rekannya mendirikan sebuah sekolah untuk para pemudi di Viterbo. Sekolah ini ternyata berjalan dengan baik sekali. Rose ternyata memiliki bakat besar di bidang pendidikan. Bakat ini ditunjang oleh sifat-sifatnya yang baik dan pantang menyerah pada berbagai kesulitan. Keberhasilan usaha ini segera membuat dia dikenal banyak orang dan cintai oleh muridnya.
Kardinal Martinus
Barbarigo pun mendengar semua keberhasilan Rose di bidang pendidikan.
Karena itu ia segera mengundang Rose dan meminta kesediaannya untuk
menatar para guru dan membenahi administrasi sekolah-sekolah yang ada
di wilayah Keuskupan Montefiascone. Permintaan Kardinal ini diterimanya
dengan senang hati dan dilaksanakannya dengan sangat memuaskan.
Kesempatan penataran ini dimanfaatkannya untuk membina relasi dengan
para guru. Bahkan lebih jauh penataran ini mendorong dia untuk
mendirikan sebuah perkumpulan untuk menghimpun guru-guru. Perkumpulan
ini akhirnya didirikan pada tahun 1713.
Setelah lama berkarya di bidang pendidikan, Rose meninggal dunia pada tanggal 7 Mei 1728. Nama baik dan kesucian hidupnya diperkuat dengan banyak tanda mukjizat. Pada tahun 1952, ia dinyatakan sebagai ‘beata’ (Yang Bahagia). Perkumpulan guru-guru yang didirikannya diubah menjadi sebuah Kongregasi Suster. Kongregasi ini kemudian tersebar ke Amerika ketika para suster Venerini bermigrasi ke Amerika.
Setelah lama berkarya di bidang pendidikan, Rose meninggal dunia pada tanggal 7 Mei 1728. Nama baik dan kesucian hidupnya diperkuat dengan banyak tanda mukjizat. Pada tahun 1952, ia dinyatakan sebagai ‘beata’ (Yang Bahagia). Perkumpulan guru-guru yang didirikannya diubah menjadi sebuah Kongregasi Suster. Kongregasi ini kemudian tersebar ke Amerika ketika para suster Venerini bermigrasi ke Amerika.
Santo Dominikus Savio, Pengaku Iman
Dominikus Savio lahir di Riva di Chieri, Italia
Utara pada tanggal 2 April 1842. semenjak kecilnya, dia sudah
menunjukkan suatu perhatian dan penghargaan yang tinggi pada doa dan
perayaan Misa Kudus. Setelah menerima komuni Pertama pada usia 7 tahun,
ia menjadi putra altar yang rajin di gereja parokinya. Orangtuanya
kagum, lebih-lebih akan ucapannya yang terkenal berikut: “Lebih baik
mati daripada berbuat dosa.” Ucapan ini menunjukkan suatu tahap
kematangan rohani yang melampaui umurnya yang masih sangat muda itu.
Setelah menamatkan sekolah dasarnya, Dominikus menjadi murid Santo
Yohanes Don Bosco di Turin pada sebuah sekolah yang khusus bagi
anak-anak orang miskin. Di mata Don Bosko, Dominikus adalah seorang
remaja yang berkepribadian menarik, bahkan seorang anak yang dikaruniai
Rahmat Allah yang besar. Oleh karena itu, Don Bosco memberi perhatian
khusus padanya selama berada di Turin dengan maksud memasukkannya ke
pendidikan seminari.
Sementara menjalani pendidikan di Turin, tumbullah dalam hatinya suatu kepastian bahwa ia akan menemui ajalnya dalam masa mudanya. Kepada Don Bosco gurunya, ia mengatakan: “Tuhan membutuhkan aku untuk menjadi orang Kudus di surga. Aku akan mati. Bila aku tidak mati, aku akan tergolong manusia yang gagal.”
Pada usia 20 tahun, ia mempersembahkan dirinya kepada Bunda Maria dengan suatu janji untuk selalu hidup murni. Kepada bunda Maria, ia pun meminta agar ia boleh meninggal sebelum melanggar janji itu. Permintaan ini didorong oleh rasa takutnya pada kemungkinan jatuh dalam dosa. Untuk menjaga janji kemurniaannya, ia senantiasa berdoa dan memohon pengampunan dosa dari Pastor Don Bosco.
Oleh pengaruh kesalehan Don Bosco, Dominikus dengan tekun mengusahakan keberhasilan dalam usaha belajarnya. Di antara kawan-kawannya, ia menjadi seorang rasul yang aktif. Ia membantu memberi pelajaran agama dan mata pelajaran lainnya serta merawat orang-orang sakit. Untuk mendidik anak-anak yang bandel, ia mendirikan sebuah klub remaja dan memberi mereka pelajaran agama.
Pada tahun 1856 ia jatuh sakit. Dokter yang merawatnya membujuk agar ia pulang saja ke rumah orangtuanya. Tetapi dia menolak bujukan itu. Pada tanggal 9 Mei 1857, ia menerima sakramen Pengurapan Orang Sakit. Lalu pada pukul sembilan malam itu, ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Pada tahun 1950, ia dinyatakan ‘Beato’ dan pada tahun 1957 dinyatakan sebagai ‘Santo’. Dominikus Savio diangkat sebagai pelindung klub-klub remaja.
Sementara menjalani pendidikan di Turin, tumbullah dalam hatinya suatu kepastian bahwa ia akan menemui ajalnya dalam masa mudanya. Kepada Don Bosco gurunya, ia mengatakan: “Tuhan membutuhkan aku untuk menjadi orang Kudus di surga. Aku akan mati. Bila aku tidak mati, aku akan tergolong manusia yang gagal.”
Pada usia 20 tahun, ia mempersembahkan dirinya kepada Bunda Maria dengan suatu janji untuk selalu hidup murni. Kepada bunda Maria, ia pun meminta agar ia boleh meninggal sebelum melanggar janji itu. Permintaan ini didorong oleh rasa takutnya pada kemungkinan jatuh dalam dosa. Untuk menjaga janji kemurniaannya, ia senantiasa berdoa dan memohon pengampunan dosa dari Pastor Don Bosco.
Oleh pengaruh kesalehan Don Bosco, Dominikus dengan tekun mengusahakan keberhasilan dalam usaha belajarnya. Di antara kawan-kawannya, ia menjadi seorang rasul yang aktif. Ia membantu memberi pelajaran agama dan mata pelajaran lainnya serta merawat orang-orang sakit. Untuk mendidik anak-anak yang bandel, ia mendirikan sebuah klub remaja dan memberi mereka pelajaran agama.
Pada tahun 1856 ia jatuh sakit. Dokter yang merawatnya membujuk agar ia pulang saja ke rumah orangtuanya. Tetapi dia menolak bujukan itu. Pada tanggal 9 Mei 1857, ia menerima sakramen Pengurapan Orang Sakit. Lalu pada pukul sembilan malam itu, ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Pada tahun 1950, ia dinyatakan ‘Beato’ dan pada tahun 1957 dinyatakan sebagai ‘Santo’. Dominikus Savio diangkat sebagai pelindung klub-klub remaja.
Santo Hilarius dari Arles, Uskup
Hilarius lahir
kira-kira pada tahun 401. Ketika meninjak masa remajanya, Hilarius
masuk biara santo Honoratus di Pulau Lerins, Prancis dan ditabhiskan
menjadi Uskup Agung Arles pada usia 29 tahun. Ia juga diangkat oleh Sri
Paus Leo Agung (440-460) sebagai Uskup Metropolitan di Propinsi
Gerejawi itu. Dalam jabatannya itu, Hilarius tetap menghayati cara
hidup sederhana seorang rahib, dan rajin melakukan pekerjaan-pekerjaan
tangan demi kesejahteraan para fakir miskin. Ia dikenal sebagai seorang
Uskup yang tinggi disiplin hidupnya dan aktif dalam karya-karya
pastoral.
Ia memecat Uskup Chelidonius dan Proyektus dari jabatan karena kurang aktif dalam tugas dan kurang berdisiplin diri. Karena tindakan ini bukan merupakan wewenangnya, maka ia diberi peringatan tegas oleh Paus Leo Agung, dan diturunkan jabatannya sebagai uskup Metropolitan.
Meskipun demikian, ia tetap menjadi Uskup Arles, dan terus berkarya seperti biasa hingga hari kematiannya pada tahun 449. Hilarius, seorang uskup yang sederhana, miskin, rajin dan mahir menafsirkan Kitab Suci.
Para Martir dari Inggris
Henry VIII, raja
Inggris yang terkenal kejam itu, memisahkan Gereja di Inggris dari
Roma, sebab Sri Paus tidak bersedia mengesahkan perceraiannya dengan
istrinya yang pertama. Ia lalu mengangkat dirinya menjadi kepada Gereja
Inggris. Ia menuntut supaya semua pihak mengakuinya sebagai Kepala
Gereja. Mereka yang membangkang diancam hukuman mati. Mula-mula sedikit
saja yang menentang raja seperti John Fischer, uskup yang diangkat
menjadi Kardinal ketika berada di penjara; lalu Thomas Moore, kanselir
dan sastrawan. Pertama-tama John Houghton, Abbas biara Kartus London,
dan Lincoln, bersama dengan 18 rahibnya dan imam-imam projo dibunuh
dengan kejam.
Tidak kurang dari
950 biara ditutup dan segala harta miliknya disita oleh raja yang
menginginkan tanah dan milik gereja itu. Puluhan gedung Gereja
dihancurkan. Di bawah pemerintahannya, Henry membunuh dua dari enam
orang istrinya, dan 50 martir menemui ajalnya. Penganiayaan yang lebih
kejam lagi dilakukan oleh putrinya Ratu Elisabeth I. Ia tegas-tegas
menuntut agar diakui sebagai kepala Gereja Inggris (1559). Semua uskup
dipenjarakan dan rakyat dipaksa mengikuti ibadat Angilkan. Sekalipun
Elisabeth begitu kejam, namun dari 188 martir waktu itu tidak satu pun
yang tidak loyal terhadap dia sebagai ratu. Sungguhpun demikian ratu
memerintahkan bawahannya supaya menyiksa mereka dengan cara-cara paling
ngeri dan tidak berperikemanusiaan. Semua imam ditangkap dan dibunuh
dan orang-orang awam yang memberi penginapan kepada mereka digantung.
Akan tetapi ancaman ini tidak berhasil mencegah banyak pemuda Inggris
yang berani mengungsi ke daratan Eropa dan belajar teologi, lalu pulang
ke negerinya untuk melayani umat. Setiap gerak langkah mereka
dibuntuti oleh dinas Intelejen ratu, sehingga sesudah beberapa tahun
mereka ditangkap, disiksa, digantung dan sebelum mati dipotong untuk
dicincang-cincang.
Di antara mereka
dikenal Edmund Campion SJ (pesta: 1Des), yang ketika menjadi mahasiswa
pernah mengelu-ngelukan ratu dengan sajak pujian di Universitas Oxford;
Cuthbert Mayne Pr yang disalahkan karena membawa surat Paus ke dalam
negeri. Margaret Clitherow ditindih dengan batu besar sampai mati,
karena memberikan penginapan kepada seorang imam dan tidak mau
membocorkan nama imam itu kepada polisi; P. Robert Southwll SJ (pesta:
1Des), penyair dan imam yang disekap dalam kandang penuh tahi dan
kotoran sesudah disiksa selama 4 hari.
Ayahnya yang
Protestan itu segera meminta kepada ratu agar selekasnya menghukum mati
anaknya. Kadang-kadang para martir di bunuh dalam sel penjara yang
sudah penuh sesak dan tak pernah boleh dibersihkan itu. Mereka tidak
boleh keluar barang sebentarpun untuk memenuhi kebutuhannya.
Jarum-jarum ditusukkan di bawah kuku Aleksander Braint SJ (pesta:
1Des), supaya mengkhianati imam-imam temannya. Bruder Nikolaus Owen SJ
(pesta: 1Des), yang dipanggil ‘Little John’, disiksa dengan kejam
sekali karena pandai membuat tempat-tempat persembunyian bagi para
imam. Lagi pula ia tidak mau membocorkan nama para imam maupun tempat
mereka bersembunyi. Richard Gwyn, seorang awam dan guru, dibunuh dan
menjadi martir pertama di Wales. Filip Howard, bangsawan pengiring
ratu, bertobat karena menyaksikan keberanian dan kepandaian Edmund
Campion di depan pengadilan. Ia sendiri kemudian ditangkap dan
meringkuk selama 10 tahun di Tower London, sampai akhirnya diracuni
atas perintah ratu yang mengingikan kekayaannya. Roger Wrenno, seorang
penenun kain, digantung pada tahun 1616 di Lancaster. Namun talinya
putus, sehingga ia terjatuh. Ketika sadarkan diri, pendeta-pendeta
mendesaknya supaya murtad saja. Tetapi Roger dengan cepat naik tangga
lagi dan meminta algojo supaya memasang tali yang lebih kuat. Ketika
ditanya mengapa ia begitu buru-buru, Roger menjawab: “Seandainya anda
melihat apa yang baru saya lihat, anda pasti juga ikut terburu-buru.”
Ia telah melihat cahaya Ilahi menantikan kedatangannya. Anna Line,
seorang janda, sewaktu dipenggal berseru: “Alangkah baiknya seandainya
saya memberi penginapan kepada seribu orang imam daripada kepada
seorang saja.” Sampai masa pemerintahan Charles II, darah dari 78 martir
masih disemburkan karena berpegang teguh pada iman dan ajaran Katolik.
Baru seusai pembunuhan atas uskup Oliver Plunket dari Irlandia (1681),
penganiyaan yang ganas mengendor. Gereja Inggris bangga atas begitu
banyak putra-putrinya yang berani melawan diktator raja-raja dan
parlemen. Sejumlah 192 martir sudah dinyatakan ‘Kudus’ secara resmi
oleh Gereja sampai tahun 1965
Santa Rachel, Pengaku Iman
Rachel adalah
seorang gadis keturunan Yahudi. Bersama orangtuanya, ia tinggal di
Louvain, Belgia. Iman Kristen sudah dikenalnya semenjak masa kecilnya.
Ketika berusia 12 tahun, ia meninggalkan orangtuanya yang masih
menganut agama Yahudi, demi imannya kepada Kristus. Ia kemudian menjadi
seorang suster dengan nama Katerina.
Rachel, Istri Yakob
Rachel, istri
Yakob, leluhur Israel, adalah ibu kandung Yusuf (Kej 30:22-24), dan
Benyamin (Kej 35:16-20). Rachel juga adalah nenek dari Efraim dan
Manasse. Ia meninggal dunia setelah melahirkan Benyamin. Jenazahnya
dikuburkan di Efrata, sebelah Utara Yerusalem, daerah yang kemudian
didiami oleh suku Benyamin. Kitab kej 35:19 menunjukkan Betlehem
sebagai tempat penguburan Rachel. Disana Yakob mendirikan baginya
sebuah tugu peringatan. Tradisi Kitab Suci memandang Rachel bersama
saudaranya Lea sebagai dua orang ibu yang ‘membangun keluarga Israel’
(Ruth 4:11). Dalam kejadian bab 29 dapatlah dilihat kisah tentang siapa
Rachel itu. Selain itu, terdapat juga empat keterangan lain yang
menjelaskan tentang diri Rachel (Ruth 4:11; Raj 10:2; Yer 31:15; dan Mat
2:18).
Santa Gemma Galgani, Perawan
Gemma Galgani lahir
di Camigliano, Tuscany, Italia pada tanggal 12 Maret 1878. Ketika
berumur dua tahun, Gemma kecil tinggal di rumah seorang sanaknya karena
beberapa anggota keluarganya, terutama ayah dan ibunya penderita
penyakit TBC Sinkron. Hal ini ditempuh dengan maksud agar Gemma tidak
terjangkiti penyakit ganas itu. Di sana ia bertumbuh besar dengan baik.
Pada umur sembilan tahun, ia menerima komuni pertama. Semenjak itu ia
bertekad menempa dirinya menjadi orang yang rajin berdoa. Ia tampak
sederhana dalam berpakaian namun menyimpan dalam hatinya suatu kesucian
hidup yang luar biasa. Pada suatu ketika tatkala sedang berdoa di
gereja untuk ayah dan ibunya yang sedang sakit, tiba-tiba ia mendengar
suata suara ajaib: “Gemma, bolehkah ibumu Kuambil?” Tanpa banyak
berpikir, Gemma menyahut suara itu: “Ya, boleh Tuhan! Tetapi saya juga
turut”. “Tidak! Kali ini hanya ibumu. Kelak, Gemma boleh juga turut ke
surga!” balas suara itu.
Ketika Gemma berumur 20 tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia ditinggalkan ayahnya dalam keadaan miskin dan melarat. Dalam keadaan itu, sebagai anak perempuan tertua, ia harus mengurus adik-adiknya. Betapa berat beban yang ditinggalkan orang-tuanya. Sementara itu penyakit TBC yang ganas itu mulai perlahan-lahan menyerangnya juga. Penyakit inilah yang menjadi penghalang terbesar baginya dalam melaksanakan tugas sehari-hari, terutama dalam mewujudkan cita-citanya menajdi seorang suster Passionis. Permohonannya untuk menjadi suster Passionis ditolak karena penyakit yang dideritanya itu. Tetapi ia tidak putus asa.
Ketika Gemma berumur 20 tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia ditinggalkan ayahnya dalam keadaan miskin dan melarat. Dalam keadaan itu, sebagai anak perempuan tertua, ia harus mengurus adik-adiknya. Betapa berat beban yang ditinggalkan orang-tuanya. Sementara itu penyakit TBC yang ganas itu mulai perlahan-lahan menyerangnya juga. Penyakit inilah yang menjadi penghalang terbesar baginya dalam melaksanakan tugas sehari-hari, terutama dalam mewujudkan cita-citanya menajdi seorang suster Passionis. Permohonannya untuk menjadi suster Passionis ditolak karena penyakit yang dideritanya itu. Tetapi ia tidak putus asa.
Ia percaya bahwa
penyakit itu bisa disembuhkan. Untuk itu ia berdoa untuk memohon
kesembuhan. Ia melakukan novena kepada Santo Gabriel Porssenti
(1838-1862), seorang imam Passionis, yang menjadi tokoh pujaannya.
Tuhan ternyata mengabulkan permohonan Gemma dengan memberikan
penyembuhan ajaib kepadanya. Meskipun demikian, kesehatannya tidak
pulih seluruhnya, sehingga cita-citanya untuk menjadi suster passionis
tetap tidak terwujudkan. Oleh karena itu, ia bertekad untuk menghayati
hidup baktinya kepada Tuhan di rumah seorang wanita Katolik, tempat ia
bekerja sebegai pembantu rumah tangga. Dalam cara hidup demikian, Gemma
ternyata bisa mengalami suatu kedekatan yang mendalam dengan Tuhan. Ia
mengalami banyak peristiwa ilahi dalam hidupnya, dan dikaruniai kelima
luka Yesus (stigmata) pada kaki, tangan, dan lambungnya, serta
luka-luka pada kepala Yesus karena tusukan mahkota duri. Selain
mengalami penderitaan badani, Gemma juga mengalami penderitaan batin
yang hebat karena celaan orang-orang sekitar terhadap cara hidupnya.
Gemma sadar bahwa ia mendapat tempat istimewa dalam hati Tuhan. Namun ia tetap rendah hati dan menganggap dirinya lebih rendah daripada orang-orang lain di hadapan Tuhan. Akhirnya, sebagaimana pernah didengarnya sendiri dari suara ajaib itu, Gemma dipanggil menghadap Tuhan pada tanggal 11 April 1903 di Lucca, Tuscany, Italia. Dikemudian hari oleh Paus Pius XII (1939-1963) Gemma dinyatakan ‘Kudus’ pada tanggal 2 Mei 1940, gelar Kudus ini diberikan kepada Gemma bukan karena pengalaman rohaninya yang luar biasa, melainkan karena kesucian hidup dan kerendahan hatinya baik di hadapan sesamanya maupun di hadapan Tuhan.
Gemma sadar bahwa ia mendapat tempat istimewa dalam hati Tuhan. Namun ia tetap rendah hati dan menganggap dirinya lebih rendah daripada orang-orang lain di hadapan Tuhan. Akhirnya, sebagaimana pernah didengarnya sendiri dari suara ajaib itu, Gemma dipanggil menghadap Tuhan pada tanggal 11 April 1903 di Lucca, Tuscany, Italia. Dikemudian hari oleh Paus Pius XII (1939-1963) Gemma dinyatakan ‘Kudus’ pada tanggal 2 Mei 1940, gelar Kudus ini diberikan kepada Gemma bukan karena pengalaman rohaninya yang luar biasa, melainkan karena kesucian hidup dan kerendahan hatinya baik di hadapan sesamanya maupun di hadapan Tuhan.
Santo Filipus dan Yakobus Muda, Rasul
Filipus Rasul yang
berasal berasal dari Betsaida di Galiliea adalah seorang murid Yohanes
Pembaptis. Ketika Yohanes memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah,
Filipus ada di situ. Penginjil Yohanes mengatakan bahwa Yesus
memanggil Filipus sebagai menjadi murid-Nya sehari setelah Ia memanggil
Petrus dan Andreas (Yoh1:35-51). Meskipun tidak banyak bercerita
tentang dia sesudah kenaikan Yesus, diketahui bahwa Filipus mewartakan
Injil di Frigia, sebuah kota tua di Asia Kecil. Klemens daru
Aleksandria mengatakan bahwa Filipus menderita penganiayaan hebat dan
disalibkan dengan kepala di bawah, sebagaimana dialami Petrus di Roma
pada masa pemerintahan Kaisar Domitianus (81-96).
Injil Matius, Markus dan Lukas memasukkan Filipus dalam daftar para rasul sebagai orang nomor lima setelah Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes. Wataknya yang spontan tanpa ragu-ragu terlihat jelas dalam lukisan Injil Santo Yohanes. Ia tanpa ragu-ragu mengikuti Yesus tatkala menerima seruan panggilan Yesus. Keyakinannya tentang kedudukan Yesus sebagai Mesias yang dinantikan Israel dinyatakan jelas kepada Nathanael: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam Kitab Taurat dan para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazareth.” Pada peristiwa perbanyakan roti untuk 5000 orang, Filipus dengan spontan menjawab Yesus: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapatkan sepotong kecil saja”.(Yoh6:7)
Injil Matius, Markus dan Lukas memasukkan Filipus dalam daftar para rasul sebagai orang nomor lima setelah Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes. Wataknya yang spontan tanpa ragu-ragu terlihat jelas dalam lukisan Injil Santo Yohanes. Ia tanpa ragu-ragu mengikuti Yesus tatkala menerima seruan panggilan Yesus. Keyakinannya tentang kedudukan Yesus sebagai Mesias yang dinantikan Israel dinyatakan jelas kepada Nathanael: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam Kitab Taurat dan para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazareth.” Pada peristiwa perbanyakan roti untuk 5000 orang, Filipus dengan spontan menjawab Yesus: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapatkan sepotong kecil saja”.(Yoh6:7)
Sebuah cerita yang berhubungang dengan kehidupan Filipus sesudah
kenaikan Yesus disajikan oleh Eusebius dan penulis Kristen Purba
lainnya. Mereka mengatakan bahwa Filipus mewartakan Injil di Frigia dan
meninggal di Hierapolis, Asia Kecil. Jenazahnya dimakamkan pula di
Hierapolis. Kemudian, relikuinya dikirim ke Roma, sejak tahun 561
disemayankan di Basilik Rasul-Rasul. Polycrates, Uskup Efesus, dalam
sebuah suratnya kepada Paus Viktor II (1055-1057), menyebutkan bahwa
dua orang anak Filipus hidup di Hierapolis, sedangkan yang lainnya di
Efesus. Papias, Uskup Hierapolis mengenal baik anak-anak Filipus. Dari
mereka, ia mengatahui bahwa Filipus pernah menghidupkan kembali seorang
anak lelaki yang telah meninggal.
Tentang Yakobus ia dikatakan bahwa ia termasuk salah seorang rasul Yesus. ia disebut Yakobus muda untuk membedakan dia dari Yakobus Tua yang terlebih dahulu menjadi Rasul. Ia dikenal sebagai anak Alfeus dan saudara sepupu Yesus. Ibunya Maria termasuk bilangan wanita-wanita yang senantiasa melayani Yesus. Maria inilah yang mendampingi Bunda Maria sampai puncak Golgota, bahkan juga pada saat Yesus dimakamkan. Sebelum menjadi murid Yesus, ia bekerja sebagai petani untuk menghidupi keluarganya.
Dalam kitab suci, ia baru dikenal setelah Yakobus Tua dibunuh oleh Raja Herodes. Ketika para rasul terpencar untuk mewartakan peristiwa kebangkitan Tuhan, dan Petrus mengungsi keluar dari Yerusalem, Yakobus ini tetap tinggal di Yerusalem. Ia kemudian menjadi Uskup Yerusalem yang pertama. Di Yerusalem, orang-orang Yahudi sungguh menghormati dia. Dia diberi julukan oleh orang-orang Yahudi sebagai “Yang Adil” karena mengetahui segala hukum Yahudi dan dia sendiri tetap patuh pada Hukum Taurat Musa. Meskipun demikian, sebagai Rasul dan Uskup, dia sangat menjunjung tinggi segala hukum Kristiani dan tidak berkeberatan kalau orang-orang Kristen bukan Yahudi dibebaskan dari tuntutan hukum Taurat., terutama kewajiban sunat. Hal ini terjadi pada Konsili pertama di Yerusalem, dimana dia juga tampil berbicara dengan penuh wibawa dan kebijaksanaan. Santo Paulus menyebut Yakobus sebagai Sokoguru Gereja sejajar dengan santo Petrus dan Yohanes (Gal2:9). Dalam masa kepemimpinannya sebagai Uskup Yerusalem, ia berhasil mempertobatkan banyak orang Yahudi di Palestina. Ketika diadakan konsili di Yerusalem pada tahun 49, ia berdebat dengan Paulus tentang seberapa jauh orang-orang Kristen yang bukan keturunan Yahudi harus menghormati beberapa pokok hukum Taurat. K
Tentang Yakobus ia dikatakan bahwa ia termasuk salah seorang rasul Yesus. ia disebut Yakobus muda untuk membedakan dia dari Yakobus Tua yang terlebih dahulu menjadi Rasul. Ia dikenal sebagai anak Alfeus dan saudara sepupu Yesus. Ibunya Maria termasuk bilangan wanita-wanita yang senantiasa melayani Yesus. Maria inilah yang mendampingi Bunda Maria sampai puncak Golgota, bahkan juga pada saat Yesus dimakamkan. Sebelum menjadi murid Yesus, ia bekerja sebagai petani untuk menghidupi keluarganya.
Dalam kitab suci, ia baru dikenal setelah Yakobus Tua dibunuh oleh Raja Herodes. Ketika para rasul terpencar untuk mewartakan peristiwa kebangkitan Tuhan, dan Petrus mengungsi keluar dari Yerusalem, Yakobus ini tetap tinggal di Yerusalem. Ia kemudian menjadi Uskup Yerusalem yang pertama. Di Yerusalem, orang-orang Yahudi sungguh menghormati dia. Dia diberi julukan oleh orang-orang Yahudi sebagai “Yang Adil” karena mengetahui segala hukum Yahudi dan dia sendiri tetap patuh pada Hukum Taurat Musa. Meskipun demikian, sebagai Rasul dan Uskup, dia sangat menjunjung tinggi segala hukum Kristiani dan tidak berkeberatan kalau orang-orang Kristen bukan Yahudi dibebaskan dari tuntutan hukum Taurat., terutama kewajiban sunat. Hal ini terjadi pada Konsili pertama di Yerusalem, dimana dia juga tampil berbicara dengan penuh wibawa dan kebijaksanaan. Santo Paulus menyebut Yakobus sebagai Sokoguru Gereja sejajar dengan santo Petrus dan Yohanes (Gal2:9). Dalam masa kepemimpinannya sebagai Uskup Yerusalem, ia berhasil mempertobatkan banyak orang Yahudi di Palestina. Ketika diadakan konsili di Yerusalem pada tahun 49, ia berdebat dengan Paulus tentang seberapa jauh orang-orang Kristen yang bukan keturunan Yahudi harus menghormati beberapa pokok hukum Taurat. K
arena ulah beberapa
teman Yakobus timbullah keonaran di Antiokia melawan Paulus. Namun
kedua rasul ini bersahabat karib: ketika Paulus tiba di Yerusalem,
Yakobus-lah yang menasehatkan agar Paulus pergi ke Bait Allah untuk
mentahirkan diri dan memberi persembahan. Paulus menuruti nasehat
Yakobus. Tetapi ia ditangkap dan diseret ke hadapan pengadilan. Paulus
sebagai warga negara Romawi minta diadili langsung oleh kaisar sendiri.
Maka ia dikirim ke Roma. Demikian Paulus, Rasul bangsa kafir itu
sampai di Roma berkat ‘perantaraan’ Yakobus. Tetapi sebaliknya Yakobus
dicurigai oleh orang-orang Yahudi karena mereka tidak mendapat
kesempatan untuk membalas Paulus. Karena itu beberapa tahun kemudian
Yakobus ditangkap, dilemparkan dari menara Bait Allah lalu dirajam
hingga mati pada tahun 62. Menurut sejarahwa Hegesippus, Rasul Yakobus
menghayati suatu cara hidup yang amat keras, antara lain: tidak makan
daging dan minum anggur. Ia juga tidak memakai alas kaki dan pakaiannya
hanya selembar saja. Banyak waktunya digunakan untuk berdoa sambil
berlutut sehingga kulit lututnya menjadi sangat tebal dan keras.
Surat-suratnya yang lebih menonjolkan perwujudan cinta kasih kepada
sesama, terutama yang miskin dan melarat, dimasukkan dalam kanon kitab
Suci
Santo Boris, Raja dan Pengaku Iman
Boris adalah raja pertama Bulgaria yang menganut
agama Kristen dan giat menyebarkan Injil. Sembilan tahun sebelum
kematiannya, ia turun takhta dan menjadi biarawan. Boris dihormati
sebagai santo nasional Bulgaria. Ia meninggal dunia pada tahun 709.
Santo Sigismund, Pengaku Iman
Raja
Burgundia yang baru menjadi Katolik itu atas hasutan istrinya yang kedua
menyuruh orang mencekik puteranya sendiri dari ratu pertama (yang
sudah meninggal). Tidak lama berselang, ia bertobat sungguh-sungguh dan
banyak berbuat amal. Sigismund dikalahkan oleh raja Franken dan di
buang ke dalam sumur bersama anak-istrinya dan mati lemas pada tahun 524
Santo Athanasius Agung, Uskup dan Pujangga Gereja
Pembela terbesar ajaran Gereja Katolik tentang
Tritunggal MahaKudus dan misteri Penjelmaan Sabda menjadi Manusia ialah
santo Athanasius, Uskup Aleksandria, Mesir. Athanasius lahir di
Aleksandria, kurang lebih pada tahun 297 dan meninggal dunia pada
tanggal 2 Mei 373. Beliau dikenal sebagai ‘Bapak Ortodoksi’ karena
perjuangannya yang besar dalam menentang ajaran-ajaran sesat yang
berkembang pada masa itu.
Pada tahun 318, Athanasius ditabhiskan menjadi diakon, dan ditunjuk sebagai sekretaris Uskup Aleksandria. Dalam kurun waktu singkat setelah tabhisan diakon itu, ia menerbitkan karangannya tentang rahasia Penjelmaan. Sebagai sekretaris Uskup, ia berhubungan erat dengan para rahib padang gurun, seperti santo Antonius, sang pertapa dari Mesir. Athanasius sendiri sangat tertarik sekali dengan kehidupan para rahib itu. Akhirnya dia sendiri pun meneladani cara hidup para pertapa itu dan menjadi seorang pendoa besar.
Menanggapi ajaran sesat Arianisme, Athanasius bersama uskupnya pergi menghadiri Konsili Nicea (sekarang: Iznik, Turki) yang diprakarsai oleh kaisar Konstantianus. Dalam konsili itu, Athanasius terlibat aktif dalam diskusi-diskusi mengenai Ke-Allah-an Yesus Kristus,Pribadi kedua dalam Tritunggal MahaKudus. Sekembali dari konsili itu, peranan Athanasius semakin terasa penting, terutama setelah meninggalnya uskup Aleksandria enam bulan kemudian. Sebagai pengganti Uskup Aleksandria, Athanasius dipilih menjadi uskup Aleksandria. Dalam tugasnya sebagai uskup, Athanasius mengunjungi seluruh wilayah keuskupannya, termasuk pertapaan-pertapaan para rahib. Ia mengangkat seorang uskup untuk wilayah Ethiopia. Ia memimpin keuskupannya selama 45 tahun.
Pada masa kepemimpinannya Arianisme mulai timbul lagi di Mesir. Dengan tegas Athanasius menentang Arianisme itu. Ia banyak menghadapi tantangan. Sebanyak lima kali ia terpaksa melarikan diri untuk menyelamatkan diri dari kepungan musuhnya. Athanasius dikenal sebagai seorang uskup yang banyak menulis. Dengan tulisan-tulisannya ia berusaha menerapkan dan membela ajaran iman yang benar. Ia meninggal dunia pada tanggal 2 Mei 373.
Pada tahun 318, Athanasius ditabhiskan menjadi diakon, dan ditunjuk sebagai sekretaris Uskup Aleksandria. Dalam kurun waktu singkat setelah tabhisan diakon itu, ia menerbitkan karangannya tentang rahasia Penjelmaan. Sebagai sekretaris Uskup, ia berhubungan erat dengan para rahib padang gurun, seperti santo Antonius, sang pertapa dari Mesir. Athanasius sendiri sangat tertarik sekali dengan kehidupan para rahib itu. Akhirnya dia sendiri pun meneladani cara hidup para pertapa itu dan menjadi seorang pendoa besar.
Menanggapi ajaran sesat Arianisme, Athanasius bersama uskupnya pergi menghadiri Konsili Nicea (sekarang: Iznik, Turki) yang diprakarsai oleh kaisar Konstantianus. Dalam konsili itu, Athanasius terlibat aktif dalam diskusi-diskusi mengenai Ke-Allah-an Yesus Kristus,Pribadi kedua dalam Tritunggal MahaKudus. Sekembali dari konsili itu, peranan Athanasius semakin terasa penting, terutama setelah meninggalnya uskup Aleksandria enam bulan kemudian. Sebagai pengganti Uskup Aleksandria, Athanasius dipilih menjadi uskup Aleksandria. Dalam tugasnya sebagai uskup, Athanasius mengunjungi seluruh wilayah keuskupannya, termasuk pertapaan-pertapaan para rahib. Ia mengangkat seorang uskup untuk wilayah Ethiopia. Ia memimpin keuskupannya selama 45 tahun.
Pada masa kepemimpinannya Arianisme mulai timbul lagi di Mesir. Dengan tegas Athanasius menentang Arianisme itu. Ia banyak menghadapi tantangan. Sebanyak lima kali ia terpaksa melarikan diri untuk menyelamatkan diri dari kepungan musuhnya. Athanasius dikenal sebagai seorang uskup yang banyak menulis. Dengan tulisan-tulisannya ia berusaha menerapkan dan membela ajaran iman yang benar. Ia meninggal dunia pada tanggal 2 Mei 373.
Santo Peregrinus Laziosi, Pengaku Iman
Peregrinus Laziosi lahir di kota Forli, Italia pada tahun 1260. Ia
menaruh kebencian besar kepada Gereja Katolik. Ia pun termasuk salah
seorang yang memusuhi Sri Paus di Roma. Dengan sifatnya yang keras dan
kasar, ia melancarkan serangan terhadap Gereja Katolik di wilayah
Romagna.
Awal kehidupannya sebagai ‘manusia baru’ dalam iman
Kristiani bermula dari tindakannya yang brutal terhadap Pastor Filipus
Benizi (1225-1285). Diceritakan bahwa pada suatu kesempatan khotbah
dalam rangka misi perdamaian yang dirancangakan oleh Sri Paus, Pastor
Filipus ditinju hingga roboh oleh Peregrinus. Tetapi Pastor yang saleh
ini tidak memberikan suatu perlawanan balik kepada Peregrinus. Ia
bahkan bangkit dan berdoa bagi Peregrinus serta memaafkan dia.
Sikap Pastor Filipus ini menyentuh hati Peregrinus yang keras membatu
itu. “Belum pernah aku menjumpai orang seperti dia ini”, kata
Peregrinus dalam hatinya. Lalu ia berlutut di hadapan pastor Filipus dan
meminta maaf atas perlakuan kasarnya itu. Semenjak itu ia bertobat dan
bertekad menjalani suatu kehidupan baru dengan doa dan matiraga.
Rahmat Tuhan semakin hebat mempengaruhi hidupnya. Pada suatu hari,
Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dan menyuruh dia pergi ke Siena.
Di Siena ia diterima oleh Pastor Filipus sebagai salah seorang anggota
Ordo Servit Santa Maria. Di dalam ordo ini Tuhan melaksanakan rancanaNya atas diri Peregrinus. Pada suatu hari Peregrinus jatuh sakit. Ia diserang penyakit kanker ganas pada kakinya. Dokter yang merawatnya menganjurkan agar kakinya di potong demi menyelamatkan nyawanya. Sebelum ia tidur malam, ia berdoa kepada Tuhan Yesus Tersalib hingga tertidur. Dalam mimpinya, ia melihat Yesus mengulurkan tanganNya dari atas salib dan menyentuh kakinya yang sakit itu. Ketika bangun dari tidur, didapatinya kakinya sudah sembuh. Peristiwa ajaib ini semakin mengokohkan imannya akan kebenaran ajaran gereja.
Rahmat kesembuhan ini mengobarkan semangatnya untuk tetap membaktikan dirinya kepada Tuhan dan Gereja dengan menjadi imam. Selama 62 tahun ia berkarya dengan penuh semangat diperkuat oleh doa dan matiraga yang mendalam. Ia meninggal dunia pada tahun 1345 dan diangkat gereja sebagai pelindung para penderita sakit bernanah dan kanker.
Yeremia, Nabi
Yeremia lahir kira-kira pada tahun 650 sebelum Masehi di Anathoth,
dekat kota Yerusalem, termasuk wilayah kerajaan Yehuda. Keluarganya
adalah sebuah keluarga imam yang saleh. Panggilannya sebagai nabi di
Israel diterimanya dari Allah pada tahun 627 sebelum Masehi, dalam
tahun ketigabelas pemerintahan Raja Yosias (Yer1:2). Meskipun panggilan
ini terjadi pada usia mudanya, namun sebenarnya Yeremia telah
ditentukan Allah menjadi nabi ketika masih ada di dalam rahim ibunya
(Yer1:5) untuk mewartakan sabda Allah kepada Israel, umat pilihan
Allah. Tatkala Allah memanggilnya untum mengemban tugas mulia ini, ia
menolak karena merasa tidak layak untuk mengemban tugas mulia itu.
Tetapi akhirnya ia pun menerima panggilan itu karena Allah berjanji
akan selalu menyertai dia dalam tugasnya. Yeremia adalah Nabi Israel
terakhir sebelum pembuangan ke Babylonia.
Karya perutusannya sebagai nabi dimulainya pada usia mudanya (Yer1:6) sampai pada saat kejatuhan Yerusalem di tangan bangsa babylonia pada tahun 587 sebelum Masehi. Selama 40 tahun karyanya, Yeremia tanpa mengenal lelah memperingatkan para penguasa bangsa dan pemimpin agama serta seluruh umat Israel akan bahaya kejatuhan mereka karena dosa-dosa Yerusalem dan Yehuda.
Selain dengan itu, Yeremia terus menerus terlibat di dalam beberapa perselisihan dan pertentangan. Ia dengan gigih melawan raja Yoakim dan Yoakin (609-507 sebelum Masehi) yang memutarbalikkan kebijakan keagamaan dari Raja Yosia. Pada masa pemerintahan Raja Sedikia (597-587 sebelum Masehi), nada pewartaannya mulai berubah. Ia tidak lagi mengeluh tentang tugas perutusannya tetapi mulai lebih sungguh-sungguh membaktikan dirinya pada tugas yang dibebankan Allah padanya. Dengan gigih ia berusaha meyakinkan Yehuda akan penguasaan bangsa Babylonia. Meskipun demikian ia tidak diterima, bahkan dituduh sebagai pengkhianat bangsanya oleh orang-orang yang menginginkan raja Sedikia bersekutu dengan Mesir dan memberontak (Yerl37:17-21). Karena itu, Yeremia mengalami penderitaan batin dan frustasi yang hebat.
Karya perutusannya sebagai nabi dimulainya pada usia mudanya (Yer1:6) sampai pada saat kejatuhan Yerusalem di tangan bangsa babylonia pada tahun 587 sebelum Masehi. Selama 40 tahun karyanya, Yeremia tanpa mengenal lelah memperingatkan para penguasa bangsa dan pemimpin agama serta seluruh umat Israel akan bahaya kejatuhan mereka karena dosa-dosa Yerusalem dan Yehuda.
Selain dengan itu, Yeremia terus menerus terlibat di dalam beberapa perselisihan dan pertentangan. Ia dengan gigih melawan raja Yoakim dan Yoakin (609-507 sebelum Masehi) yang memutarbalikkan kebijakan keagamaan dari Raja Yosia. Pada masa pemerintahan Raja Sedikia (597-587 sebelum Masehi), nada pewartaannya mulai berubah. Ia tidak lagi mengeluh tentang tugas perutusannya tetapi mulai lebih sungguh-sungguh membaktikan dirinya pada tugas yang dibebankan Allah padanya. Dengan gigih ia berusaha meyakinkan Yehuda akan penguasaan bangsa Babylonia. Meskipun demikian ia tidak diterima, bahkan dituduh sebagai pengkhianat bangsanya oleh orang-orang yang menginginkan raja Sedikia bersekutu dengan Mesir dan memberontak (Yerl37:17-21). Karena itu, Yeremia mengalami penderitaan batin dan frustasi yang hebat.
Walaupun ia menderita, ia tetap pasrah dan taat pada kehendak Allah.
Cintanya akan Allah dan keakraban hubungannya dengan Allah ini
mendorong dia untuk mendalami lebih jauh teologi tradisional Israel
tentang Perjanjian. Imannya itu berdasar pada pengetahuan yang mendalam
akan Perjanjian Cinta Allah dengan Israel, umat pilihanNya, yang
memperkenankan Israel mengambil bagian dalam kekudusanNya. Dalam
perjanjian Cinta itu, Allah menuntut dari Israel ketaatan penuh pada
kehendakNya sebagaimana diwahyukan di dalam perintah-perintahNya dan
dinyatakan melalui nabi-nabiNya. Menolak mengakui kebaikan dan cinta
Allah yang diwahyukan adalah dosa. Dan dosa bagi Israel adalah
perbuatan melawan kesucian perkawinan antara Allah dan bangsa Israel
(Yer2:20,25). Dosa mengakibatkan pengadilan Allah atas Israel untuk
memurnikan mereka. Yeremia menyadari bahwa pengadilan Allah merupakan
tahap awal pengampunan dan pembaharuan batin yang radikal.
Dalam pewartaannya tentang malapetaka yang akan terjadi atas Israel,
Yeremia menubuatkan suatu ‘Sisa Kecil”, suatu kelompok kecil umat yang
tetap setia pada Allah (Yer23:3,4; 30:10; 11; 31:10-14). Sisa Kecil ini
adalah benih harapan dimasa yang akan datang, kepadanya Allah
mencurahkan pengampunan dan belaskasihanNya, dan dengannya Allah
mengadakan suatu perjanjian Baru (Yer31:31-34).
Allah akan menciptakan bagi Israel suatu hubungan spiritual yang baru
dan mendalam, dan akan menuliskan hukumNya di dalam hati mereka serta
tinggal di dalam hati mereka. Yeremia dengan tekun membantu perkembangan Sisa Kecil Israel yang saleh dari suku Yehuda ini karena mereka dengan sabar menantikan tibanya hari Tuhan yang menyelamatkan. Penderitaan Yeremia yang demikian hebat menjadikan dia sebagai tokoh lambang bagi Yesus Kristus. Yeremia, yang hidup penuh penderitaan, namun tetap pasrah dan taat pada kehendak Allah yang mengutusnya, menjadi lambang gambaran Hamba Yahweh yang menderita sebagaimana diramalkan Yesaya ([[Yes 35]]).
Santo Yusuf Pekerja, Pelindung para Karyawan
Tradisi menuliskan pribadi Yusuf, suami Maria sebagai seorang tukang
kayu di kota Nazareth. Ia seorang bangsawan yang saleh dan sederhana.
Darah kebangsawanannya mengalir dari Raja Daud leluhurnya. Kesucian dan
kesalehannya terlihat di dalam ketaatannya pada kehendak Allah untuk
menerima Maria sebagai istrinya serta mendampingi Maria dalam
membesarkan Yesus, Putera Allah yang menjadi manusia. Kesederhanaannya
terlihat dalam pekerjaannya sebagai seorang tukang kayu, dan cara
hidupnya yang biasa-biasa saja di dalam masyarakat.
Dalam pribadi Yusuf, pekerjaan tangan memperoleh suatu dimensi ilahi. Kerja meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Allah dan memungkinkan manusia turut serta di dalam karya penciptaan dan penyelamatan Allah. Atas dasar inilah gereja pada masa kepemimpinan Paus Pius XII menetapkan tanggal 1 Mei sebagai hari Raya Santo Yusuf Pekerja, sekaligus menetapkan sebagai Hari Buruh. Yusuf selanjutnya diangkat sebagai pelindung para karyawan/buruh yang bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Langganan:
Postingan (Atom)